Inflasi pada tarif bus Sumber Kencono & Mira

karcis bus Mira

Pagi ini saya menjalani sesuatu yang tidak biasanya, jika biasanya saya berangkat menuju Karanganyar dari Madiun dengan membonceng si Jupiter MX 2011 yang saya beli seken itu, kali ini saya membonceng tentara NICA bus Mira. Jika biasanya saya bisa lebih santai berangkat jam 05:30, maka kali ini saya harus berangkat lebih pagi, yaitu jam 04:00 lebih atau setelah shalat subuh.
Sesampainya di ring road Madiun dengan motor kesayangan itu buat dititipkan (tarif penitipannya Rp 3.000,- per hari) saya menunggu bus jurusan Surabaya – Yogyakarta melintas, biasanya Sumber Selamat/ Sugeng Rahayu (dulunya Sumber Bencono Kencono) atau Mira, keduanya sekarang sudah dilengkapi dengan pendingin udara walaupun tarifnya tetap ekonomi, terlihat tulisan “AC tarif Biasa”.


Kali ini saya beruntung, bis yang menjemput saya adalah Mira, alhamdulillahnya juga sepi jadi bisa duduk di baris kedua belakang pak sopir. Jika saya naik bis SBY-Jogja ini saya cenderung enggan atau anti duduk di 2 posisi, paling depan atau paling belakang, ora enak blas. Di depan ada rasa was-was kalau pas lagi ngebut, di belakang rasanya seperti diaduk-aduk. Sebetulnya paling nyaman itu di tengah yang bangku 2, tapi karena antisipasi kalau-kalau nanti bisnya sesak penumpang jadi biar gampang turunnya.
Beberapa saat setelah duduk, pak kondektur menagih karcis, saya serahkan uang Rp 20.000 dengan menyebutkan tujuan, Palur, kemudian saya dikasih selembar uang Rp 2.000 dan kertas karcis. Satu-dua tahun lalu, saya masih ingat tarif ongkos bis-bis ini untuk Madiun – Solo itu Rp 12.000,- tapi sekarang sudah Rp 18.000,- jadi kesimpulannya naik Rp 6.000 atau 50% selama dua tahun ini.
Kalau begitu jadi mikir, jika nanti pemerintahan yang sekarang berkuasa benar-benar jadi menaikkan harga BBM dengan dalih mengurangi subsidi demi mencegah APBN jebol, kira-kira ongkosnya jadi berapa ya? Hmmm… #TolakBBMNaik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *